20 Maret 2016
Silir-silir angin pagi memasuki sebuah kamar usang, hawa dingin kota Malang masih terasa menyeruak memasuki pori-pori kulit. Dengan masih bersarung, duduk di pojok kamar seorang bocah dengan sebatang rokok, secangkir kopi dan sebuah buku yang tak habis-habis dibacainya.
"Surga mana lagi yang kau cari anak muda ?" Kata seorang tokoh pengusaha muda yang tiba-tiba masuk dan ikut menyeruput secangkir kopi.
Sruuuuuuutttttt ....
"Apa yang salah dengan kopi pagimu ini anak muda ?"
"Kenapa terasa begitu manis, tak seperti biasanya ..." Imbuhnya setelah sruputan pertama.
"Tak ada yang salah dengan kopiku Nyo ..."
"Itu hanya lidah ku, bisa jadi juga lidah mu saja yang masih pura-pura merasa manis ..." Jawab sang bocah.
"Cerita burung, kalau kopi sudah benar-benar terasa manis, ternyata isapan jempol. Betapa banyak cerita burung di dunia ini ..."
"Menjadi asing kalau terasa manis hanya karna sesendok dua sendok gula yang pura-pura gula, seperti celoteh pagi kawan saya ..." Imbuh sang bocah.
"Apakah kau menyadarinya ? ..."
"Kamarmu ini boleh jadi memang usang, Tapi di sini ada taman kecil terawat dengan bunga-bungaan membikin kehidupan meriah dengan warna-warninya" Oceh sang pengusaha muda.
"Hahahahahahaha ..." Tertawa sang bocah mendengar ocehan sang pengusaha muda.
"Taman yang mana ? Bunga yang mana yang kau maksut ini Nyo ?" Tanya sang bocah.
"Apalagi kalau bukan gula versimu sendiri yang tengah kau gadang-gadangkan bisa merubah rasa kopi pagimu yang katamu masih terasa pahit itu" Jawab sang pengusaha dengan lanjutan tawa lantang ...
"Sudahlah ... sekarang pilihanya tinggal satu, kau teruskan apa tidak kopi pahitmu ini ? ..." tantang sang pengusaha.
Hening tak ada jawaban dari sang bocah,
Tak terasa pula kopi sudah menampakkan ampasnya.
***

0 komentar:
Posting Komentar