AmiruzainBlog

KAWAN, KESETIAAN, HARTA DAN SENJATA

Selasa, 04 November 2014

Upil dan Jomblo

Diposting oleh Amiruzain - Kategori
04 November 2014

Jomblo ya ? … Jomblo ya ? … Jomblo ya ? … Hahahahaha … tenang, santai saja, kita ndak beda jauh kok, kita sama. Ndak lengkap kan rasanya kalo seorang jomblo, semisal saya belum juga bisa menceritakan dan berbagi kepada anak – cucunya tentang kisah heroik ke-jombloanya. Sekarang jadi tahu kan kamu – kamu, ternyata kamu gak sendirian lo jadi jomblo di sini. Kamu, aku, bisa jadi tukang – tukang bakso, kenek angkot, dan tukang – tukang yang laen,

kalo kamu mau tanya satu – satu pasti ada kok yang nyelip di antara mereka sebatang jomblo. Semacam upil di sela – sela bawah meja gitulah istilahnya atau perumpamaanya.

Ngomongin soal jomblo belum lengkap rasanya kalo gak ngomongin soal upil juga. Upil … sudah pada tahu kan apa itu upil ? deskripsi upil bagi saya adalah salah satu bagian dari anatomi tubuh manusia yang hobinya nongkrong di hidung, gak peduli itu hidungya presiden, artis, sampai tukang soto pasti tak luput dari tongkronganya. Ndak tahu juga apa yang di rasakan sama si upil pas nongkrongnya di artis – artis film plus – plus gitu, Enak kali … bisa ngintip pas mandi … Husshhh … Hahahaha …

Dan memang sudah jadi nasibnya si upil selalu asik untuk di mainkan, gak sendiri, gak di tempat umum, upil tetep selalu jadi maenan yang asik. Gak percaya ? coba aja deh sekarang kalo kamu masih gak percaya, hayati, nikmati, dan rasakan proses dari pengupilanmu, terus nanti kamu tarik hipotesa yang asik, pasti ujung – ujungnya asik juga. Sekali lagi tarik hipotesa yang asik, Okey …


Berbanding lurus dengan upil yang asik untuk di maenkan, jomblo pun tak pernah bisa lari jadi maenan asik, bahan ojekan yang asik, eh … salah maksut saya ejekan yang asik di manapun habitatnya berkembang. Mungkin untuk hal ini cuma bisa di bayangkan sama mereka – mereka atau kita – kita yang selaras – senasib - sejalan, jadi untuk yang tidak senasib tidak saya sarankan untuk baca tulisan ini, tapi saya sarankan untuk bisa secepatnya merasakan juga bagaimana jadi jomblo. Biar nanti pas umpamanya ada ujian mata kuliah tentang jomblo, setidaknya kalian bisa dapatkan nilai bagus, dan tak perlu lagi mengulang di semester berikutnya … Eheeemmmm …

Eksistensi upil sudah tak di ragukan lagi dalam dunia upil – mengupil, siapa yang tak kenal dengan itu upil, tanpa ngiklan, tanpa bikin gosip – gosip, tanpa bikin ulah, tanpa di sorot oleh media, dan tanpa di liput dalam liputan khusus, tanpa pencitraan, tanpa pakai sampho, tanpa bikin status alay di media sosial, entah jurus apa yang di pakai sama si upil ini, semuanya sudah pada kenal dan mengakui akan keberadaanya. Begitu juga dengan jomblo, keberadaanya pun tak pernah absen dari alam ini, mungkin tak akan pernah bisa di musnahkan, akan selalu muncul di generasi – generasi selanjutnya.

Tapi, yang sering buat saya heran adalah, kenapa seolah – olah jomblo itu jadi momok atau aib sendiri bagi sebagian orang, ada sebagian yang bahkan menolak akan keberadaanya, sampai – sampai ada sebuah falsafah “Hari gini Jomblo apa kata Dunia ?”, padahal untuk masalah upil dia tak pernah bisa untuk menolaknya dan selalu bisa menerima akan kedatanganya. Ya … setidaknya sampai sekarang saya belum pernah denger falsafah yang berbunyi “Hari gini Ngupil apa kata Dunia ?”, tidak munculnya falsafah tersebut karena kita sama – sama mau mengakui kalo ngupil itu adalah hal yang wajar, bukan suatu hal yang negatif. Harusnya hal semacam ini juga berlaku untuk jomblo kawan …

Kalo kita mau sama – sama belajar dan mau berfikir positif tentang  jomblo, harusnya fase di mana kita telah jadi jomblo, harusnya bisa di jadikan sebagai fase di mana kita untuk berkaca. Berkaca yang berarti berfikir kembali, mengoreksi akan kesalahan – kesalahan yang telah di perbuat, kenapa kita bisa jadi sebatang jomblo? fase yang seharusnya bisa kita jadikan untuk meningkatkan kualitas diri untuk membina hubungan yang selanjutnya, bagi kita – kita yang sekarang lagi jomblo, sudah … santai saja, nikmati dan mafaatkan sebaik – baiknya fase jomblomu untuk fasemu selanjutnya. Sebagaimana Abraham Lincon pernah bilang “Jika aku di beri waktu 8 jam untuk menebang sebuah pohon, aku akan menghabiskan 6 jamnya untuk mengasah kapakku”(Ndak nyambung ya ? … nyambung kok …). Ingat, jomblo bukanlah fase di mana untuk menggalau ria, mengurung diri dalam kamarnya bagi si Putri, berdoa minta hujan pas malam minggu bagi si Supri dan menyengsarakan diri karna ndak bisa pasang foto gandengan di media sosial, dan laen – laenya kamu cari sendiri saja selanjutnya …  karna saya sudah ngantuk, serta sudah seharusnya juga kalo ngantuk itu mesti tidur dan gak nulis – nulis gak jelas gini. Kesimpulanya adalah “Ndak ngupil ndak asik, Ndak jomblo ndak asik”.  Zzzzzzzzzzzzz ….

0 komentar:

Posting Komentar